24 Januari 2011

Bina Jatidiri Pemuda


BINA  JATIDIRI  PEMUDA



I.            PENDAHULUAN

 

Butir-butir Pembinaan Generasi Muda terdiri dari :
1.      Kepercayaan kepada Tuhan YME
2.      Pendidikan lahir batin, yang meliputi :
a.       Pendidikan akal/intelektual
b.      Pendidikan rohani
c.       Pendidikan jasmani
3.      Pergaulan yang baik.
4.      Memupuk hobi yang baik.
5.      Cita-cita yang tinggi.

Butir-butir diatas adalah lima langkah pokok untuk mengimbangi pertumbuhan badan jasmani dan jiwa di masa kepemudaan agar selaras dalam mengembangkan kekuatan kekuatan lahir batin, sehingga berdayaguna baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat.
Masa Pemuda adalah masa transisi dari kandungan keluarga untuk masuk ke kandungan masyarakat.
Masa pemuda ditandai oleh pertumbuhan emosi dan akal yang mempengaruhi badan jasmani dan jiwa yang kemudian bergejolak dalam bentuk gairah, keinginan, kemauan, harapan, kreativitas, petualangan dan penjelajahan.
Masalahnya di masa itu pemuda belum cukup berpengalaman dan belum menemukan jati dirinya, sehingga kemampuannya dalam memecahkan persoalan belum optimal. Oleh karena itu diperlukan 5 langkah pokok tersebut di atas agar secara pro-aktif terbiasa menjemput bola permainan hidup; sehingga segala potensi yang ada pada dirinya yang berupa gairah, keinginan, kemauan, harapan dan petualangan tersebut tersalurkan secara produktif yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya, yang pada saatnya nanti ikut membangun masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, bahagia lahir dan batin..

II.         URAIAN

 

1.      Kepercayaan Kepada Tuhan YME

Kepercayaan kepada Tuhan YME apabila dijabarkan berupa kemampuan mengamalkan  keyakinannya terhadap Tuhan YME dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya ada 3 keyakinan pokok, yaitu :
1. Bahwa tiada yang lain yang disembah selain Tuhan YME.
2. Bahwa semesta alam dan seisinya diciptakan oleh Tuhan YME.
3. Bahwa hanya Tuhan YME yang menguasai semesta alam dan seisinya.
Sebagai konsekwensi logis dari pada keyakinan tersebut adalah sadar & percaya bahwa hanya ada satu Tuhan untuk berbagai agama dan berbagai bangsa dengan total umat 6,5 milyard ini. Memahami bahwa perbedaan hanya pada bahasa & pemberian nama untuk Tuhan, seperti Allah, Alloh, Deo, Yehuwa, God, Gusti, Pangeran, Hyang Widhi, Hyang Manon, Brahm, Purusha, dst. Selama masing masing yang memberi nama, maksudnya adalah 3 keyakinan pokok tsb diatas, maka betul yang dimaksud adalah Tuhan YME, iyalah Tuhan yang satu untuk berbagai agama & untuk semua umat manusia. Inilah yang dimaksud bung Karno ketika menyampaikan sila I dari Pancasila, KeTuhanan YME. Jadi apabila ada salah satu umat agama tertentu yang mengatakan bahwa Tuhan yang benar adalah yang sesuai dengan sebutannya, justru itu tuhannya salah, karena berarti tuhannya tidak mencakup umat beragama lain, bahkan berarti umat agama tertentu tsb mengadakan tuhan tuhan yang lain untuk agama lain.      
Pengertian disembah sangat luas, termasuk dipuja, dijunjung, dihormati, ditakuti, dan dipercayai. Semuanya tertuju pada Tuhan YME semata, karena hanya Dialah yang berkuasa penuh, yang menciptakan, memiliki dan menguasai kehidupan. Jadi janganlah berpaling barang sejenakpun dari Tuhan YME, karena terbawa oleh segala macam daya tarik dunia. Sungguh luar biasa apabila ada pemuda yang telah memiliki kesadaran untuk fokus hanya kepada Tuhan YME semata sehingga tidak ada yang disanjung, ditakuti dan dipercayai selain dari padaNya.
Maka dari itu, sesungguhnya keyakinan tadi apabila telah tertancap kuat di dalam lubuk hati disertai pemahaman seperti tersebut di atas, akan menjadi tali yang kokoh yang menghubungkan seorang hamba dengan Tuhannya; sehingga tali tersebut menjadi aliran daya kekuatan, kepandaian, ketrampilan, ketangkasan, kebijaksanaan, kemuliaan dan kasih sayang dari Tuhan kepada hambaNya.
Sebaliknya, pemuda yang tidak memiliki tali penghubung yang kokoh tadi, yaitu yang tidak memiliki kepercayaan yang bulat, tidak dapat menerima aliran daya apapun dari Tuhan, sehingga segala usaha sulit untuk berkembang.
Kepercayaan kepada Tuhan mempunyai refleksi yang luas, antara lain adalah dorongan untuk menempuh pendidikan lahir bathin.  

2.      Pendidikan

Konsekuensi logis daripada keberadaan akal, roh dan jasmani sebagai pembentuk struktur pribadi manusia, maka sudah selayaknya apabila diperlukan pendidikan akal, pendidikan rohani dan pendidikan jasmani. Dengan demikian diharapkan akal, ruh dan jasmani bersama-sama mengalami perkembangan yang serasi dan seimbang. Apabila salah satu saja terabaikan sementara itu lainnya berkembang, maka akan terjadi ketidak serasian dan ketidak seimbangan atau lebih tegasnya lagi ketimpangan dan kegoncangan.
Sebagaimana Olah Raga adalah aplikasi daripada pendidikan jasmani, demikian pula untuk :
     Pendidikan Akal dapat diistilahkan sebagai Olah Ratio
Pendidikan Ruhani dapat diistilahkan sebagai Olah Rasa.
Hal ini sesuai dengan yang sering dikatakan oleh para ahli bijak yaitu Pengolahan Cipta, Rasa dan Karsa atau di sini diistilahkan dengan Olah Ratio, Olah Rasa dan Olah Raga, disingkat dengan Tiga Olah Ra.

a.      Pendidikan Akal / Intelektual / Olah Ratio.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dunia dipacu oleh perkembangan Iptek, sehingga siapa yang menguasai Iptek, dialah  yang berpengaruh pada dunia. Perkembangan Iptek diperoleh dari pendidikan akal / olah ratio.
Jadi mutlak perlu pemuda disadarkan betapa pentingnya pendidikan intelektual yang dia peroleh di sekolahan dan di perguruan tinggi. Oleh karena itu pemuda harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Kenyataannya masih banyak pemuda yang kurang menyadari hal ini, sehingga belajar dengan terpaksa dan setengah-tengah. Jika demikian mana mungkin dapat menguasai Iptek yang pada gilirannya selalu tertinggal oleh dunia barat. Akhirnya kita hanya sebagai pihak pengguna produk-produk Iptek saja, tidak pernah mampu bersaing dalam menciptakan dan memproduksi barang-barang hasil Iptek. Para pemuda kecenderungannya asal lulus sekolah saja, sehingga mutu intelektualnya masih rendah. Sikap ini harus dirubah sehingga para pemuda benar-benar memegang amanat dalam menuntut ilmu dan sungguh-sungguh menjadi intelektual sejati yang mampu bersaing.

b.      Pendidikan rohani / Olah Rasa.
Pendidikan rohani di sini, lebih ditekankan pada pendidikan watak sebagai kelanjutan daripada kepercayaan kepada Tuhan YME.
Betapa pentingnya pendidikan rohani sebagai pondasinya pendidikan akal. Tidak dapat dibayangkan apabila seseorang memiliki kecerdasan akal yang tinggi, sementara itu pendidikan rohani terabaikan sehingga tidak memiliki watak yang baik, maka bisa jadi kepandaiannya tersebut dipakai untuk menghancurkan umat manusia, misal membuat bom nuklir dan senjata penghancur massal lainnya. Lain halnya apabila seorang ilmuwan yang memiliki budi pekerti yang luhur, maka sudah pasti kepandaiannya akan disalurkan untuk menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi kesejahteraan dan kemajuan umat manusia. Misal pengetahuan tentang Sinar Laser untuk mengobati berbagai penyakit yang sudah akut, satelit untuk memperlancar komunikasi & pemotretan jarak jauh, dan sebagainya.
Bahkan pendidikan rohani sangat menunjang kelancaran dalam menempuh pendidikan akal. Jelasnya demikian;  seseorang yang telah mengenal pendidikan rohani seperti budi pekerti yang baik dan telah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka sifatnya menjadi jujur, syukur, sabar, rela dan berbudi luhur, yang pada gilirannya suasana jiwanya menjadi tenang, tentram dan damai. Tidak dapat dipungkiri bahwa sifat dan suasana jiwa yang sedemikian sangat membantu dan memperlancar proses belajar. Dia akan senang mendengarkan, mau menerima pelajaran, mudah mengerti persoalan dan dengan sabar dan tulus memecahkan tugas-tugas akademis.
Sebaliknya, apabila orang tidak mengenal pendidikan rohani, maka sifatnya menjadi dengki, iri, pemarah, malas, mudah meledak-ledak, yang pada gilirannya jiwanya menjadi panas, kotor dan sakit. Dalam keadaan sedemikian sudah pasti sulit untuk menempuh pendidikan kecerdasan otak (intelektual). Betapa tidak, dia tidak senang mendengarkan, tidak mau menerima pelajaran, tidak mudah mengerti persoalan karena di kepalanya sudah penuh dengan persoalan-persoalan pribadi yang ruwet dan tidak terpecahkan.

c.       Pendidikan jasmani / Olah Raga.
Untuk pemeliharaan kesehatan dan pertumbuhan kekuatan, ternyata badan jasmani tidak hanya membutuhkan minuman dn makanan yang bergizi, tetapi juga membutuhkan gerakan secara teratur dan kontinyu, seperti senam, bela diri dan lain lain olah raga.
Gerakan badan atau olah raga sangat bermanfaat
a)      bagi jasmani, karena :
1)      Melancarkan peredaran darah.
2)      Membantu metabolisme.
3)      Menormalkan dan mengencangkan otot-otot.
4)      Merangsang aktivitas saraf.
5)      Mempercepat penggantian sel-sel yang telah mati.
6)      Membantu pertumbuhan badan.
7)      Membentuk struktur tubuh (body building).
8)      Meningkatkan daya tahan.
b)      bagi rohani, karena :
1)      Menanggulangi dan menghilangkan rasa malas.
2)      Mentaati peraturan permainan, sekaligus melatih kedisiplinan dan kejujuran.
3)      Melatih kesabaran dengan tekun latihan untuk mencapai prestasi.
4)      Menghindari perselisihan karena semua pihak harus patuh terhadap keputusan wasit.
5)      Mengendalikan emosi apabila kalah bermain.
6)      Latihan tetap rendah hati meskipun selalu memenangkan pertandingan.
7)      Ikhlas apabila harus melepaskan status kejuaraannya.

Seperti sering kita dengar bahwa olah ragawan memiliki jiwa sportif. Yang dimaksud jiwa sportif apabila diuraikan mencakup butir-butir 1) sampai dengan 7) tersebut di atas. Olahragawan selalu menjaga dirinya untuk tidak makan dan minum yang merusakkan badan; karena dia benar-benar menjaga kesehatannya. Oleh karena itu juga tidak suka begadang, tawuran, iseng, nongkrong-nongkrong, dan lain-lain perilaku yang tidak bermanfaat.
Pendidikan mempunyai refleksi yang luas, antara lain adalah dorongan untuk membentuk pergaulan yang baik.

3.      Pergaulan yang baik

Betapa pentingnya pergaulan yang baik karena sangat mempengaruhi pembentukan watak dan karakter yang juga baik. Watak dan karakter yang baik merupakan modal yang berharga untuk mencapai sukses di segala bidang kelak apabila pada saatnya terjun di tengah-tengah masyarakat.
Yang dimaksud pergaulan yang baik disini adalah dalam hal :
a.         Lingkungan yang baik
Ada pepatah “jangan dekat kerbau berlumpur”. Jadi apabila bergaul dengan preman, morphinis, pemabuk, pemalas, pendendam, dll pelaku karakter negatif, maka akan terkena imbas dan tertular sifat negatif. Ini bukan bermaksud membeda-bedakan kawan, tetapi masalahnya pemuda belum cukup kuat iman dan mental untuk menangkis pengaruh negatif tersebut. Oleh karena itu sebagai peran awal dalam kancah pergaulan yang baru saja diterjuni di tengah-tengah masyarakat, lebih baik jangan ambil resiko dengan lingkungan pergaulan yang kurang baik.  
b.        Cara yang baik
Tuhan memerintahkan untuk kasih sayang sesamanya tanpa membedakan suku, agama, ras, jenis, golongan, derajat dan status ; yang diwujudkan dengan saling membantu sesuai dengan kemampuan yang membantu dan sesuai dengan kebutuhan yang dibantu.
Andaikan dalam pergaulan menjumpai perbedaan pendapat yang disebabkan oleh adat, budaya, syareat agama dan kebiasaan yang berbeda, hendaknya dapat saling menghormati, bahkan menjadikan perbedaan tersebut secara nasional sebagai symbol Negara “ Bhineka Tunggal Ika “, secara universal sebagai bukti Tuhan memang Maha Besar, Maha Luas & Maha Pandai melalui umat ciptaanNya  yang beragam.
Tuhan memberikan contoh kehidupan binatang sebagai cara bergaul yang baik. Lebah-lebah menghinggapi bunga-bunga untuk mendapatkan madu kemudian secara bersama-sama dibawa dan dikumpulkan di dalam sarang. Ada lebah ratu, ada lebah jantan dan ada lebah pekerja, masing-masing mengetahui kewajibannya dan selalu menjalankan tugas dengan tepat.
 Semut-semut bekerja menggotong makanan bersama-sama. Mereka setiap saling bertemu selalu menyampaikan salam dan pesan yang baik serta tidak pernah terjadi pertikaian. Semangat yang ditunjukkan adalah kebersamaan, kerukunan dan kegotong royongan.
Pergaulan yang baik mempunyai refleksi yang luas, antara lain adalah dorongan untuk memupuk hobi yang baik.           

                                                                                                                                                             4.  Memupuk hobi yang baik
              Hoby dikatakan tidak baik apabila :
  
              a.  Merusak jasmani dan rohani
                   Contoh : begadangan dan ke kelab malam
              b.  Menggangu orang lain
Contoh : main musik di tengah malam di jalanan.
              c.   Merusak lingkungan hidup
Contoh : berburu binatang langka
              d.   Merusak nilai-nilai luhur seni dan budaya
Contoh : berdansa bebas dan bergaul bebas
              Sebaliknya hobby dikatakan baik apabila :
              a.   Menyehatkan jasmani dan rohani
Contoh : olah raga, fitness, senam pernapasan dan yoga
              b.   Meningkatkan ketrampilan
Contoh : memasak, menyulam, menjahit, dll kerajinan tangan
              c.   Memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup
Contoh : gardening, bertanam apotik hidup, menyayangi & melestarikan binatang.
              d.   Meluhurkan seni, budaya dan iptek.
      Contoh : menari, melukis, menyanyi, elektronik, otomotif dan riset.

Betapa pentingnya orang memupuk hobby yang baik, karena dapat menjauhkan diri dari perilaku negatif seperti : suka iseng, nongkrong-nongkrong, bermalas-malas, ngelantur, melamun dan buang-buang waktu tidak menentu.
Memupuk hobby yang baik dapat mendidik diri untuk disiplin, tekun, tabah, rajin, konsisten, kreatif dan tidak mudah bosan. Bahkan hobby dapat memberikan penghasilan (menanam dan menjual anggrek), membuka lapangan kerja (membuat dan mengexport kerajinan tangan) dan menjadi olahragawan profesional.
Memupuk hobby secara baik mempunyai refleksi yang luas, antara lain membangkitkan cita cita yang luhur.
         
        5.  Cita-cita yang luhur

Pemuda harus bercita-cita luhur sebagai perwujudan dari pada :
              Kecintaan pada tanah air.
              Keinginan untuk berbakti pada nusa dan bangsa.
              Kepedulian pada penderitaan rakyat.

              Negara ini membutuhkan para pejuang untuk mengentaskan bangsa dari :
              Keterpurukan ke kemuliaan.
              Kegelapan ke pencerahan.
              Kebodohan ke kecerdasan.
              Kemiskinan ke kesejahteraan

Karya para leluhur pengukir sejarah dan cita cita para pahlawan mutlak perlu dilanjutkan. Oleh karena itu pemuda harus dikenalkan dengan sejarah kejayaan bangsa ( jaman Borobudur & Majapahit ) dan perjuangan para pahlawan, agar dapat mewarisi jiwa dan semangat mereka.
Apabila para pejuang yang lalu bercita-cita untuk merdeka dengan mengusir penjajah, maka para pemuda sekarang harus bercita-cita untuk mengisi kemerdekaan dengan mengusir ketidak jujuran, ketidak adilan dan ketidak benaran. Dimulai dengan menerapkan kejujuran, keadilan dan kebenaran pada diri sendiri, sudah pasti para pemuda kelak mampu mengentaskan  dan mengharumkan bangsa melalui bidang dan lapangan kerja masing-masing untuk mencapai prestasi yang optimal, sehingga :
Para ilmuwan dapat menemukan karya-karya fisika, kimia, elektronik, kedokteran,   dll iptek.
             Para olahragawan dapat menjadi juara dunia badminton, tenis, catur, pingpong, atletik,  renang, dll.
             Para pengrajin dapat berkreasi menciptakan produk kerajinan yang disenangi mancanegara.
             Para Sarjana Pertanian dapat membantu petani dalam meningkatkan kwalitas dan melipat gandakan hasil pertanian.
             Para ekonom dapat memasarkan produksi dalam negeri keseluruh pelosok dunia.
              Ini sebagian dari peluang berprestasi dan berusaha yang dapat menjadi pilihan yang         dicita citakan sejak awal bagi generasi muda untuk menjadi kesatria pengawal kejayaan bangsa dimasa mendatang.