24 April 2011

Jatidiri Bangsa


KEMBALI  PADA  JATIDIRI  BANGSA
                          Yogihardjo


A.   POKOK BAHASAN

Perpustakaan Negara di Washington mendokumentasi buku yang ditulis oleh 10 Doktor terkemuka didunia, menyimpulkan : Indonesia akan menjadi Negara Adidaya apabila kembali pada Kepribadiannya ( Jatidirinya).
Kepribadian mencakup Kebudayaan, Adat istiadat, Kemandirian, Spiritualisme, dll nilai  luhur & kearifan lokal dalam praktek kehidupan sehari hari.
Pernyataan didalam buku dokumen tsb sangat benar berdasar kenyataan dibawah ini.
1.      Fakta bahwa Negara maju, selalu tampil dengan kepribadiannya sendiri. Seperti Cina, Jepang, Thailand, Saudi Arabia, Inggris, Belanda, Spanyol & Perancis.
    Mereka tetap mempertahankan kebudayaannya, diforum internasional tetap tampil dengan busana nasionalnya, produk exportnya dikemas  dengan bahasa & huruf  nasionalnya, dll kepribadian yang melekat dalam kehidupan sehari hariannya.
2.      Menumbuh kembangkan kepribadiannya berarti menghargai peninggalan leluhur. Otomatis mendapat berkah dari leluhur. Leluhur yang telah ratusan hingga ribuan tahun wafat, sudah tentu dalam posisi dekat dengan Tuhan, maka mudah memohonkan kemuliaan bagi bangsanya yang tetap menjaga jatidiri & peninggalan hasil karyanya
3.      Kembali pada kepribadian bangsa adalah bagian dari cinta tanah air. Padahal cinta tanah air itu didalam agama Islam hukumnya wajib, oleh karena itu setiap bangsa yang senantiasa mempertahankan dan menumbuh kembangkan kepribadian sendiri akan mendapatkan rahmat, perlindungan, berkah, anugerah dan kemuliaan dari Allah SWT.

B.  URAIAN

1.      Potret bangsa masa kini.
            Rendahnya martabat bangsa karena telah kehilangan jatidiri. Pandangan hidup &   kehidupan sehari hari telah dipengaruhi asing. Dapat dikiaskan sebagai Mr Ali Babah.
            Mr sebagai simbol pengaruh Barat.
            Ali sebagai tanda budaya Arab.
            Babah sebagai bukti kebanjiran produk Cina.
            Jadi kehidupan sehari hari diwarnai kebarat baratan, kearab araban & kebabah babahan. Hilang sudah kepribadiannya sendiri.
            Demokrasi menggusur Gotong royong.  Seperti pilkada yang katanya langsung dipilih     rakyat, faktanya suara rakyat dibeli bahkan KPU bisa dibayar untuk merubah suara. Kalau gotong royong adalah kebersamaan dalam suatu kegiatan yang dilakukan secara ikhlas tanpa pamrih & tanpa harapan dibayar, demi untuk kepentingan bersama. Jelas nilai demokrasi yang terjadi di bumi Pratiwi sangat rendah dibandingkan dengan nilai luhur yang ada pada makna gotong royong.
            Sebagian dari Syariat Islam menggusur Budaya bangsa. Seperti berjilbab hukumnya wajib dimanapun & kapanpun. Apakah ini berarti tarian Jawa yang pakaiannya tidak berjilbab mesti harus dihapus? Padahal sejarahnya perempuan diwajibkan menutup wajah untuk mencegah timbulnya nafsu sahwat setiap lelaki Arab yang kemampuan mengendalikan nafsunya masih sangat rendah , maklum diabad VII (jaman Jahiliyah) diawal berdirinya agama Islam, di Arab perempuan lebih banyak sebagai komoditas sex maka perlu disembunyikan wajahnya. Sedang kita melihat perempuan berkebaya pada umumnya tidak timbul birahi, mengapa harus berjilbab dengan alasan untuk menunjukkan sebagai wanita beriman? Alangkah murahnya nilai iman yang bisa didapat hanya dengan berjilbab, yang kemudian menggusur busana daerah sebagai bagian dari budaya bangsa!?
            Import hasil bumi, yang sebagian besar dari Cina, menggusur Lapangan kerja ratusan juta petani. Padahal kehidupan pertanian dengan segala ritual & cara bercocok tanam adalah bagian dari kekayaan budaya bangsa. Akibat dari kebijaksanaan pemerintah yang membuka lebar lebar kran import, yang nota bene menguntungkan pengusaha & birokrat, maka hasil bumi petani sendiri menjadi kalah bersaing & tidak laku. Masalahnya diera sekarang ini pemerintah kurang membantu petani dalam hal pengadaan prasarana (seperti jalan desa & irigasi), penyediaan sarana (seperti pupuk & alat pertanian) serta pemasaran (seperti angkutan & distribusi hasil tani). Sedang negara lain sangat membantu petaninya untuk ketiga hal penting tersebut diatas, sehingga hasilnya produksi melimpah, berkwalitas & murah.
            Sebagai pembanding, sejahat jahatnya penjajah Belanda, mereka datang ke Indonesia bawa Gulden untuk beli hasil bumi petani Indonesia, maka jadilah Indonesia sebagai pengexport hasil bumi terbesar didunia. Kehidupan petani tercukupi, terbukti selama 350 th hampir tidak ada gejolak yang dilakukan oleh petani.
            Sekarang sebaik baiknya pemerintah RI, mereka mengumpulkan Rupiah untuk beli hasil bumi petani Negara lain, maka jadilah Indonesia sebagai pengimport hasil bumi terbesar didunia. Habis sudah riwayat petani Indonesia, maka berbondong bondonglah puluhan juta petani kekota untuk menjadi pekerja apa saja. Yang tidak kebagian kerjaan, menjadi preman, pengamen, pengemis, pencuri & perampok. Kaum perempuan terpaksa menjadi TKW yang di negeri Arab tak ubahnya sebagai budak pemuas sahwat. Jadilah kita bangsa antek Barat, cekokan Cina & budak Arab.
            Semua ini kurang disadari oleh para pemimpin bangsa, bahkan menjadi kebanggaan.
            Yang dibanggakan kerjasama untuk mengatasi issue issue internasional, faktanya SDA dikuasai Negara Negara Barat.
            Yang dibanggakan TKW sebagai pahlawan devisa, faktanya sebagai budak Arab.
            Yang dibanggakan telah mencapai ketahanan pangan, faktanya dibanjiri hasil bumi & produk Cina.
            Menyedihkan sekali, kebanggaan yang palsu tersebut diatas, yang notabene kebohongan kepada publik itu, sebagai keberhasilan pemerintah.

2.      Kejayaan bangsa masa lalu.
Diabad ke 7, ketika dunia Arab masih mengalami zaman Jahiliyah dimana  perempuan                     hanya sebagai komoditas sex, di Jawa sudah berdiri kerajaan besar yang dipimpin seorang perempuan, yang bernama Kanjeng Ratu Shima (Sahana). Ini sebagai bukti bahwa nilai peradaban kita sudah jauh lebih tinggi dengan menjunjung seorang perempuan menjadi raja & panutan.
Diabad ke 9, ketika dunia barat belum mampu membangun monument raksasa, kita sudah membuat candi Borobudur sebagai keajaiban dunia & lagi pula dibangun oleh seorang perempuan bernama ratu Pramodhawardani. Sementara itu, sang suami yang bernama Prabu Rakai Pikatan membangun candi Prambanan sebagai candi Hindu yang terindah didunia.
Diabad ke 13, ketika Ku Bilai Khan, raja diraja yang menguasai sepertiga dunia, mengirim utusan ke kerajaan Kediri agar tunduk dibawah Mongol, Raja Kertanegara justru menantang perang dengan memotong sendiri hidung & telinga utusan tadi serta disuruhnya pulang. Pasukan Mongol yang kemudian datang diperdaya & dihancurkan oleh menantu Kertanegara yaitu R. Wijaya.
            Sejak dahulu kala disepanjang abad, ketika Cina belum mengexport apapun,      Mataram, Kahuripan, Sriwijaya, Kediri, Singosari & Majapahit telah mengexport hasil bumi & tambang kenegeri negeri Asia. Bahkan Perguruan Tinggi pertama didunia (abad VII), sebagai pengexport ilmu, ada di kerajaan Sriwijaya.
            Itulah kejayaan masa lalu yang ditandai dengan percaya diri, mandiri, berani, tegas (tidak selalu mengambang) & berpegang teguh pada kebudayaan serta segala warisan leluhur yang adiluhung.

       C.  ANALISA
   
1.  Budaya Jawa Kuno.
           Antropologi menemukan kerangka manusia kuno dilembah Bengawan Solo yang          berusia empat ratusan ribu th yl, dinamakan Homosapiens Soloensis, sebagai nenek moyang manusia Jawa dan juga nenek moyang Aborigin bangsa asli Australia.
         Nabi Adam, yang oleh kaum agama Semawi dianggap manusia pertama didunia, apabila ditelusuri hingga sekarang  menurunkan tiga ratusan generasi, berarti baru hidup sekitar 12000 th yl.
         Kesimpulannya adalah manusia Jawa jauh lebih tua dari pada nabi Adam. Karena itu wajar  bila memiliki peradaban yang lebih maju dari bangsa bangsa lain didunia. 
            Budaya itu dibangun oleh Agama. Maka sesungguhnya budaya Jawa juga dibangun oleh agama , yang pasti umurnya lebih tua dari pada agama Hindu yang dianggap sebagai agama tertua didunia. Hanya saja dahulu kala agama Jawa tidak tercatat dalam sejarah. Ternyata diluar suku Jawa, banyak sekali kepercayaan yang sudah mengakar menjadi budaya daerah, seperti yang ada di Jawa Barat, Kalimantan, Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan. Ketika Hindu masuk ke daerah daerah tsb, terjadilah perkawinan antara kepercayaan lokal dengan agama Hindu, yang kemudian menjadi Hindu Jawa, Hindu Sunda (Sunda Kawitan), Hindu Kalimantan (Kaharingan), Hindu Batak, Hindu Bugis (Toraja), dstnya yang pada gilirannya mengakar menjadi Budaya masing masing Daerah. Inilah asal mula ditetapkan sebagai Bhineka Tunggal Ika oleh Empu Tantular. 

2.   Penggusuran Budaya.
      Pengaruh Barat & Arab, yang menjadikan kebarat baratan dan kearab araban, adalah   penyebab utama tergerusnya budaya bangsa. Semua ajaran agama yang asli yang diajarkan oleh Nabinya pasti benar, tetapi  yang disebarkan oleh para pengikutnya,  telah terkontiminasi oleh kepentingan politik, ekonomi dan budaya yang dianut oleh ybs. Contoh agama Budha, yang ada di Selatan (Ceylon, Myamar dan Thailand) berfaham Budha Hinayana, yang ada di Utara (Tibet, Tiongkok dan Jepang) berfaham Budha Mahayana yang sudah banyak berubah dari aslinya. Agama Kristen, menjadi 2 golongan besar Katolik dan Protestan, kemudian terpecah pecah kembali menjadi puluhan sekte. Semua kejadian ini dapat dipandang sebagai keniscayaan, karena tersesuaikan dengan ruang dan waktu (tempat dan zaman) berdasarkan budaya masing masing bangsa. Demikian pula dengan Islam.
         Al Quran dibukukan dan dibakukan pada zaman Khalifah Usman, belasan tahun setelah  nabi wafat. Oleh Usman diinstruksikan kepada seluruh komponen bangsa untuk mengumpulkan ayat ayat agar disusun menjadi kitab. Terkumpullah 7 versi kitab. Oleh Usman ditetapkanlah salah satu versi yang disetujui oleh pemerintah (versi Usmani) sedang versi yang lain dibakar. Namun yang berlaku hingga sekarang ini adalah Al Quran yang disusun sekitar 150 thn kemudian yang tata bahasa dan susunannya berbeda dengan versi Usmani. Timbul pertanyaan :
a. Adanya 7 versi yang disusun setelah nabi wafat, pasti masing masing tidak     seluruhnya benar dan tidak lengkap.
b. Al’Quran yang terpilih, pasal demi pasal tidak tersusun berdasar waktu yang berurutan sehingga bila ada wahyu & peristiwa yang terlewat, tidak ketahuan.
c. Materi berdasar informasi dari ratusan sahabat nabi, sehingga bisa terjadi terkontiminasi oleh kepentingan pribadi dan golongan.
                     Contoh beberapa ayat yang kontroversial, a.l.:
1). Al Mu’minuun ayat 5 & 6 : Orang orang yang menjaga kehormatannya, kecuali        terhadap isteri isteri mereka atau budak budaknya, maka sesungguhnya mereka tiadalah tercela.
      An Nisaa ayat 24 : Diharamkan perempuan perempuan yang bersuami, kecuali  budak budak yang menjadi milikmu.
      Jelas ayat ini tidak sesuai dengan budaya Jawa dan merendahkan martabat wanita   Jawa. Tidak heran bila TKW digauli majikan Arab karena sudah dibeli layaknya budak.
2). Al’Araaf ayat 204 : Dan apabila dibacakan Al Quran maka dengarkanlah dan diamlah supaya kamu mendapat rahmat.
      Bukankah ketika nabi Muhammad menerima wahyu belum ada kitab Al Quran? Bukankah Al Quran itu ada belasan tahun setelah nabi wafat? Kalau orang Arab mendengar saja bisa mendapat rahmat, masuk akal karena faham bahasa Arab. Tapi kalau bangsa Indonesia, mustahil mendapat rahmat hanya dengan mendengar bila tidak faham artinya.
 3). Al Baqarah ayat 120 : Orang orang Yahudi & Nasrani tidak senang kepadamu   sampai engkau mengikuti agama mereka ……
      Betulkah Tuhan menyampaikan pengabaran ini? Pernyataan ini terlalu rendah sebagai wahyu Tuhan. Ini memberi kesan bahwa Tuhan hanya berpihak pada    umat Islam, sedang kenyataannya umat Nasrani jumlahnya hampir 2 X umat Islam. Kepribadian bangsa Indonesia, yang terbukti dalam sejarah, dapat menerima masuknya semua agama & dapat hidup rukun bersama dengan semua umat beragama, jelas tidak cocok dengan ayat diatas.
             Masih banyak sekali yang kontroversial dan tak sesuai dengan budaya  bangsa.
Sering terdengar didalam dakwah dan terbaca didalam buku buku Islam, pernyataan bahwa “agama yang benar adalah hanya Islam dan semua nabi sejak Adam beragama Islam. Oleh karena itu hanya umat Islam yang masuk surga, yang bukan Islam adalah kafir karena Tuhan mereka bukan Allah. Barang siapa yang tadinya Islam kemudian pindah agama lain, halal darahnya”. Suatu kebohongan & pembodohan umat yang luar biasa. Yang menyedihkan adalah hampir semua orang yang beragama Islam percaya akan pernyataan itu.
      Bila pernyataan itu benar betapa salahnya Tuhan menciptakan umat manusia ini.  Penduduk dunia sebanyak 7 M, yang beragama Islam 1,5 M berarti yang bukan Islam 5,5 M. Jadi Tuhan telah salah menciptakan 5,5 M (80%) umatNya yang dianggap kafir itu dan calon penghuni neraka? Apakah sia sia mereka yang beragama Hindu, Budha dan Kristen, karena akhirnya masuk neraka?
      Sesungguhnya wahyu Tuhan yang diterima nabi Muhammad pastilah benar, untuk ruang dan waktu itu. Jadi sangat berkaitan dengan kondisi masyarakat Arab waktu itu diabad 7 yang sedang dilanda zaman jahiliyah dimana perempuan hanyalah sebagai obyek sex.. Maka banyaklah ayat ayat yang sifatnya kondisional, seperti isteri boleh 4, mencuri potong tangan, zina dirajam sampai mati, berhaji naik onta, perempuan harus berjilbab, sebutan kafir untuk kaum Quraish yang melawan Islam, larangan pelihara anjing, dstnya. Tentu ada juga ayat yang sifatnya universal yang berlaku untuk segala zaman (tak dibatasi ruang & waktu), seperti iman, taqwa, akhlaqul karimah, ikhlas, sabar, qanaah, adil, amanah, puasa & qurban.
         Jadi dalam beragama (Hindu, Budha, Kristen & Islam) harus menggunakan hati nurani, menghindari pembodohan & berakal sehat, agar dapat membedakan ayat yang sesuai dengan ayat yang berlawanan dengan budaya bangsa yang adiluhung (mampu memisahkan yang benar dari yang salah). Inilah yang disebut orang yang mursid dan bijaksana.
         Pembodohan yang terus menerus semacam ini pada gilirannya betul betul menjadikan bangsa yang bodoh seperti telah terjadi sekarang ini. Betapa tidak, tanah air “gemah ripah loh jinawi, subur kang sarwo tinandur”, faktanya pasar pasar dipenuhi hasil bumi import. Bangga dengan budaya sendiri yang adiluhung, faktanya praktek kehidupan sehari hari sudah dipengaruhi kebarat baratan dan kearab araban. Sangat menyedihkan ternyata sebagian besar orang Jawa pintar menulis huruf Arab tetapi tidak mengenal huruf Jawa peninggalan leluhur. Kepercayaan diri dan kemandirian telah sirna, terbukti SDA (sumber daya alam) tidak dikelola sendiri tetapi dijual & digadaikan kepada Asing. Lebih bodoh lagi kita percaya pada Pemerintah yang menyuarakan bahwa perekonomian maju, swasembada beras, export meningkat & kemiskinan menurun. Padahal ternyata kondisi dilapangan sebaliknya. Kalau kemiskinan menurun, ada benarnya, tetapi maksudnya menurun (diwariskan) ke anak cucu.

 3.   Gerakan bela budaya.  
       Jika China, Jepang, Thailand, Malaysia, Saudi Arabia, Belanda, Inggris dan Spanyol dapat maju dengan tampil dengan budayanya sendiri, mengapa kita tidak tampil dengan budaya sendiri agar juga menjadi bangsa yang maju. Ini pertanda bahwa kita sudah terlalu bodoh sebagai bangsa, sehingga sadar tak sadar menyingkirkan budaya sendiri.
       Lambang kita Bhineka Tunggal Ika. Bangsa Indonesia memang terdiri dari berbagai suku. Jadi masing masing suku harus menampilkan budayanya. Jangan terjadi “wong Jawa ilang Jawane, jelema Sunda paeh Sundana”. Seharusnya yang Melayu tetap bersemboyan “Melayu Boleh” (seperti Malaysia), yang Batak harus Batak banget, yang Bugis harus asli berbudaya Bugis, dstnya kemudian bersatu menjadi bangsa Indonesia. Diabad 14 pernah terjadi persatuan Nusantara dan sekitarnya. Majapahit (dizaman Hayam Wuruk – Gajah Mada) sebagai kerajaan Pusat; sedang Pasundan, Sriwijaya, Pagaruyung, Deli, Aceh, Goa, Lambung Mangkurat, Ternate, dstnya sebagai kerajaan Daerah yang berdaulat dan tetap menampilkan budaya masing masing. Inilah yang kemudian dicontoh oleh Malaysia dengan bentuk Kesultanan dipusatnya dan propinsi propinsi sebagai Negara bagian kesultanan. Termasuk Saudi Arabia yang berbentuk kerajaan, bukan Kalifatullahan menurut Syariat Islam. Mengapa  kita harus membentuk Negara berdasar Syariat Islam, sedang kerajaan Saudi Arabia sebagai bentuk Negara tak mengikuti Syariat Islam?
Gerakan Bela Budaya ini harus serentak dilakukan oleh masing masing daerah. Jadi mutlak perlu segera dibentuk Gerakan Bela Budaya Jawa, Gerakan Bela Budaya Sunda, Gerakan Bela Budaya Melayu, Gerakan Bela Budaya Bugis, Gerakan Bela Budaya Papua, dstnya semua suku. Inilah perwujudan Bhineka Tunggal Ika! Jangan malah takut dengan penonjolan kedaerahan masing masing, yang kemudian malah kebarat baratan & kearab araban.
Selain serentak ditingkat daerah, yang lebih penting lagi harus serentak ditingkat Pemerintah, apalagi tak bisa dipungkiri bahwa perilaku Pemerintah Pusat otomatis menjadi panutan Pemerintah Daerah dan seluruh masyarakat. 
             Celakanya Pemerintah yang sekarang ini, memposisikan Kebudayaan sejajar dengan  Pariwisata menjadi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Makanya Kebudayaan dipilih pilih & dikemas sekedar untuk promosi Pariwisata. Jenis Kebudayaan yang ditampilkan adalah yang laku untuk dijual kepada wisatawan. Sikap Pusat yang demikian ini diikuti oleh Daerah, sehingga kegiatan budaya didaerah daerah selalu dalam rangka mendatangkan wisatawan. Ternyata budaya bangsa ini tak hanya digusur oleh asing, tapi bahkan mengalami pelecehan oleh Pemerintah sendiri.
              Langkah awal yang perlu ditempuh Gerakan Bela Budaya adalah menuntut Pemerintah untuk menyatukan kembali Kebudayaan dengan Pendidikan menjadi Kementerian Kebudayaan & Pendidikan.
         Langkah berikutnya adalah mutlak perlunya mempertahankan dan menumbuh kembangkan jati diri masing masing suku bangsa dalam beragama apapun. Jangan karena syariat agama yang kebetulan tidak sejalan dengan budaya sendiri, kemudian  budayanya yang dikalahkan. Budaya tetap harus dipertahankan, karena budaya adalah produk agama sebelumnya sebagai peninggalan leluhur yang tidak bisa ditinggalkan. Contoh ajaran Islam, berbakti pada orang tua adalah wajib hukumnya. Orang tua harus berbakti juga kepada orang tua pendahulunya, dstnya berantai keatas keatas hingga sampai pada leluhur. Jadi generasi sekarang ini harus berbakti pada leluhur dengan cara antara lain menumbuh kembangkan warisan budaya. Seperti Peringatan (Jawa: Kenduren atau Kondangan) untuk yang sudah meninggal dihari ke 7, ke 40, ke 100 dan ke 1000 adalah budaya Jawa peninggalan leluhur sebelum Hindu masuk ke Jawa (tidak ada syariat atau upacara agama Hindu seperti ini di Hindia). Ternyata masyarakat Islam Jawa dan Sunda tetap melakukan peringatan ini yang diisi dengan Yasinan dan Tahlilan.
         Contoh suku bangsa Bali, yang konsisten  menampilkan jatidirinya dari A sampai Z. Beragama Hindu Bali (yang syariatnya sudah berbeda dengan Hindu yang ada di Hindia), berbudaya Bali, beradat istiadat Bali, berbahasa Bali, dstnya meliputi kehidupan sehari hari yang khas Bali. Terbukti sangat menarik perhatian dunia.  Bahkan banyak orang asing yang tetap tinggal di Bali dan betul betul menjadi orang Bali. Faktapun menunjukkan propinsi Bali termasuk daerah dengan kehidupan budaya, social & ekonomi yang lebih maju dibanding dengan rata rata propinsi lain. Padahal Surakarta, Jogyakarta, Jawa Barat, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dll daerah memiliki budaya dan peradaban sendiri yang perlu ditumbuh kembangkan. Tidak perlu kebarat baratan & kearab araban, meskipun dilanda globalisasi barat dan beragama Islam!


D.     KESIMPULAN.
      
1.     Mempertahankan dan menumbuh kembangkan Jatidiri Bangsa adalah mutlak perlu untuk mengantar bangsa Indonesia menjadi Negara Adidaya, sebagaimana Negara Negara maju yang selalu tampil dengan Jatidirinya.
2.     Jatidiri atau Kepribadian Bangsa meliputi Kebudayaan, Adat istiadat, Spiritualisme, Kepercayaan, Kemandirian, nilai nilai Luhur dan Kearifan lokal sebagai warisan leluhur.
3.     Faktanya potret bangsa sekarang ini telah kehilangan Jatidiri yang ditandai dengan kehidupan berbangsa dan bernegara yang kebarat baratan (arus globalisasi), kearab araban (syariat agama) dan kebabah babahan (banjir produk cina).
4.     Tekad kembali pada Jatidiri Bangsa harus dicanangkan oleh pemerintah, diawali dengan gerakan bela budaya masing masing suku bangsa, sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
5.     Dalam pengamalan kehidupan beragama harus berakal sehat, disertai kemampuan untuk dapat memisahkan ajaran (syareat) yang tidak sesuai dengan budaya bangsa.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar